Skip to main content

Featured Post

THE SCHRÖDINGER EQUATION

Imagine a particle of mass m, constrained to move along the x-axis, subject to some specified force F(x, t). The program of classical mechanics is to deter- mine the position of the particle at any given time: x(t). Once we know that, we can figure out the velocity (\( v=\frac{dx}{dt}\) ), the momentum (p = mv), the kinetic energy ( \( T=\frac{1}{2}mv^2 \) ), or any other dynamical variable of interest. And how do we go about determining x(t)? We apply Newton's second law: F = ma. (For conservative systems the only kind we shall consider, and, fortunately, the only kind that occur at the microscopic level---the force can be expressed as the derivative of a potential energy function, \( F=-\frac{\partial V}{\partial x} \) , and Newton's law reads \( m\frac{d^2x}{dt^2}=-\frac{\partial V}{\partial x} \) .) This, together with appropriate initial conditions (typically the position and velocity at t 0), determines x(t). Quantum mechanics approaches this same problem quite differentl...

Metode Ilmiah

Proses untuk menghasilkan produk Fiska disebut juga metode ilmiah yaitu metode yang tersusun dan langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah. Langkah-langkah utama dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut.

1. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan untuk menemukan masalah melalui pengamatan kuantitatif atau pengamatan kualitatif. Contoh: Air sebagai zat cair merupakan salah satu sumber permanfaatan energi untuk pembangkit listrik yang karakteristiknya perlu diketahui agar tepat guna.

2. Merumuskan Masalah
Perumusan masalah dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang biasanya diawali dengan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Contoh: Bagaimana hubungan antara suhu zat cair dengan lama pemanasan zat tersebut?

3. Mengumpulkan Data atau Informasi
Informasi atau data dapat diperoleh dari literatur, buku, atau informasi yang ada di internet yang sesuai dan mendukung teori dalam penelitian. Contoh: Zat cair dapat menyerap kalor secara spesifik bergantung dari jenis dan susunan partikelnya.

4. Membuat Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara tentang masalah yang diselidiki. Jika setelah diuji hipotesis tidak diterima, kita harus mengubah hipotesis tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan. Contoh: Semakin lama dilakukan pemanasan, semakin tinggi kenaikan suhu dari zat cair.

5. Melakukan Percobaan atau Eksperimen
Percobaan atau eksperimen dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Percobaan biasanya dilakukan berulang kali sehingga dapat ditarik kesimpulan. Tiga jenis variabel yang pertu diperhatikan pada suatu percobaan adalah sebagai berikut.
a. Vaniabel bebas, yaitu variabel yang dapat diubah bebas.
b. Variabel terikat, yaitu variabel yang diteliti dan perubahannya bergantung pada variabel bebas.
c. Vaniabel kontrol, yaitu variabel yang selama percobaan dipertahankan tetap.

Contoh: Percobaan dilakukan dengan menggunakan kalorimeter dan stopwatch serta dilakukan dengan lima kali pengulangan.

6. Menganalisis Data
Setelah memperoleh data hasil percobaan, data tersebut dianalisis dengan panduan teori-teori yang telah dikumpulkan sebelumnya. Contoh: Analisis data dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel dan membuat hubungan variabelnya dalam grafik sehingga dapat ditarik kesimpulan.

7. Menarik Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang menghubungkan hasil percobaan dengan hipotesis, diperolehlah kesimpulan penelitian. Contoh: Suhu zat cair berbanding lurus terhadap lama pemanasan zat cair tersebut.

Peran Fisika dalam Kehidupan
Sebagai cabang dan sains, Fisika memiliki peran yang besar dalam perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan manusia. Seiring perkembangan teori Fisika, berikut beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengembangan pembangkit listrik dengan berbagai sumber energi, seperti PLTU, PLTA, PLTS, dan PLTN.
2. Kereta supercepat maglev dengan aplikasi superkonduktor.
3. Perkembangan gadget, seperti handphone, laptop, kamera digital, MP3/MP4, dan tablet PC.
4. Ultrasonografi, MRI, dan rontgen dalam bidang kedokteran.
5. Pesawat ulang-alik untuk melakukan perjalanan ke angkasa luar.

Comments

Popular posts from this blog

Soal Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

Soal Nomor 1 Anton melakukan percobaan pengukuran tebal dua pelat baja menggunakan jangka sorong, hasil pengukurannya seperti gambar berikut. Berdasarkan gambar tersebut, tebal pelat baja 1 dan baja 2 masing-masing adalah .... A. 4,75 cm dan 4,77 cm B. 4,75 cm dan 4,87 cm C. 4,85 cm dan 4,77 cm D. 4,85 cm dan 4,78 cm E. 4,85 cm dan 4,87 cm Pembahasan : Strategi: perhatikan letak angka nol nonius pada skala utamanya ( ini menunjukkan skala utama yang terbaca). Perhatikan juga skala nonius yang berimpit dengan skala utamanya (ini menjadi skala nonius yang terbaca). Pada pelat baja 1 hasil pengukurannya : x = skala utama + nonius = 4,80 cm + 0,05 cm = 4,85 cm Pada pelat baja 2 hasil pengukurannya : x = skala utama + nonius = 4,80 cm + 0,07 cm = 4,87 cm Jawaban : E

TEKNOLOGI DIGITAL DAN SUMBER ENERGI

A. Transmisi Data Transmisi data merupakan proses untuk melakukan pengiriman data dari satu sumber data ke penerima data menggunakan komputer atau media elektronik. Untuk melakukan transmisi data diperlukan suatu media. Beberapa jenis media transmisi adalah sebagai berikut. 1. Serat Optik ( fiber optic ) Suatu medium yang terbuat dari plastik yang fleksibel tipis dan mampu menghantarkan sinar (data). 2. Gelombang Mikro ( microwave ) Digunakan untuk menghantarkan data jarak jauh (telekomunikasi jarak jauh) dan untuk antena parabola. 3. Kabel Koaksial Digunakan untuk transmisi telepon, TV kabel, dan TV jarak jauh dengan menggunakan frekuensi tinggi sehingga tidak mengalami gangguan di udara.

3 Fakta Tentang Kebiasaan Bangun Pagi Antara Jam 3 - 5 Subuh, yang Suka Bangun Siang Rugi Besar!

Sejak kecil, sebagian besar orang Indonesia dididik orangtuanya untuk bengun pagi lebih awal. Selain untuk menyiapkan perlengkapan sekolah, bangun pagi merupakan salah satu contoh bentuk melatih kedisiplinan yang memang harus ditanamkan sejak dini. Namun bagaimana jika bangun pagi lebih awal, bahkan kerap terbangun di jam 3-5 pagi? Ternyata bangun di waktu-waktu ini merupakan tanda kebangkitan spiritual. Hal ini mungkin untuk membimbing kita menuju ke tujuan hidup yang lebih tinggi. Bahkan bangun pagi di jam 3-5 pagi juga berhubungan dengan paru-paru dan kesedihan.